Pages

Kamis, 23 April 2015

Kegalauan Calon Mahasiswa Baru



          Sekarang ini hampir mendekati masa-masa kelulusan SMA, yang artinya para calon mantan murid SMA itu kini harus mulai memikirkan nasib masa depannya. Apakah mau melanjutkan kuliah, bekerja, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya. Semua harus dipikirkan secara matang, terutama bagi yang mau meneruskan kuliah.
          Membahas tentang kuliah, pasti sebagian besar anak SMA bercita-cita ingin masuk ke Perguruan Tinggi favorit. Tak jarang apapun usaha yang dilakukannya, asal keterima di PT favorit tersebut apapun jurusannya pasti diterima. Padahal jurusan itu tidak sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Sebenarnya apakah murid SMA itu salah? Menurut saya tidak 100% salah, karena sistem penerimaan mahasiswa baru saat ini adalah melalui jalur tes tertulis atau yang biasa disebut dengan SBMPTN dan dengan nilai rapot atau yang biasa disebut dengan SNMPTN.
          Semua itu adalah penilaian secara akademis. Tidak semua siswa di Indonesia menonjol dalam bidang akademik. Seringkali jurusan yang mereka minati justru tingkat kompetensinya sangat tinggi, misalnya jurusan Ilmu Komunikasi, Farmasi, Ilmu Komputer, dsb. Mereka harus bersaing dengan peminat yang lain. Dan (lagi-lagi) hasilnya ditentukan oleh nilai akademis. Akhirnya dapat menambah lagi korban mahasiswa "salah jurusan".
          Saya kepikiran, kenapa penemerimaan mahasiswa barunya tidak menggunakan tes psikologi semacam tes IQ dan EQ saja? Dengan begitu tidak ada lagi mahasiswa yang salah jurusan. Jadi alurnya tetap menggunakan tes tertulis, tapi hasil dari tes tertulis tersebut tidak mutlak, akan tetapi dirata-rata dengan nilai IQ serta prestasi. Atau penerimaannya hanya menggunakan tes IQ saja.
          Tapi sepertinya tidak mungkin. Zaman sekarang yang dicari oleh semua PT di seluruh Indonesia adalah kualitas. Mau tidak mau semuanya ditentukan oleh nilai akademis. Dengan cara itu semua termotivasi untuk lebih baik lagi (hmm.. salah satu keuntungan kompetensi). Semua ingin yang terbaik. Jangan berpikir tentang diri sendiri, tetapi berpikirlah juga tentang bangsa dan negara ini. Demi menghasilkan generasi penerus yang lebih baik dan membanggakan.

Kalau kita ingin mendapakan sesuatu, kita harus berpikir apakah kita layak untuk mendapatkannya?
Jika kamu punya impian yang besar, maka usahamu harus berbanding lurus dengan impian itu.

Gambar: Sumber
 

About